Kamis, 28 Agustus 2008

sepertiga malam

daun jendela yang sedikit terkuak itu seperti menawarkan bermacam aroma pada mata pria itu, seolah angin yang menari menghembus wajahnya itu memanggil-manggil jiwanya untuk terbang menerobos jendela, menuju malam yang membentangkan pelukan untuknya. telah begitu lama ia semaikan duka cita sendirian. angannya terpaut dalam takjub pada tatapan yang menikam jantungnya, bias mata dimana dimana TUHAN telah menitipkan kejora, wajah teduh seperti langit biru tempat awan-awan putih bertahta, senyum yang memberinya arti hidup yang sebenarnya, gerak yang jejakkan lukisan-lukisan nirwana. bulan teiris separuh menyisakan bias-bias cahaya tak sempurna, seperti juga ia yang telah melarungkan separuh hati pada sosok berambut mayang yang tergerai sebahu itu, jauh diujung gemintang. mungkin bukan setengah justru, mungkin seluruh hatinya telah pula ia gantungkan sepenuhnya pada jaring-jaring rapuh yang ia jalin untuk sepasang mata yang membening telaga itu. kalaupun keresahan serupa juga dirasakan perempuan itu, mengapa hanya ia saja yang selalu setia menjemput malam dan menyapa rembulan yang kesepian dengan segaris senyuman? ia tidak sedang mengutuki keresahannya, namun bagaimanapun kesemua jalinan hidupnya adalah setapak yang harus dilalui oleh sepasang kakinya yang ringkih, dan masih ia sandarkan harapnya malam yang tak bertepian.. karena ia yakin, menunggu punya tujuan yang mulia dan misterius............ esok mungkin matahari pautkan mimpi pada larik-larik cakrawala dan awan merajut rindu memintal indah warna pelangi.....

Tidak ada komentar: